Seberapa seringkah anda menyaksikan kekerasan di sekitar kita? Pernahkah terlintas di benak kita bagaimana rasanya bila kita mengetahui bahwa pelakunya adalah anak kita sendiri?

Psikolog besar dari AS, William James, percaya bahwa pada dasarnya manusia memiliki naluri khas manusia dan naluri hewan. Dengan naluri hewan, manusia bisa dan sering mengungkapkan tingkah laku yang biasa dilakukan oleh hewan.

Ahli fisiologi Dr.Med.dr.Agus W. Budi Santoso menjelaskan, “Pengaruh lingkungan pada masa kanak-kanak sangat berperan. TIndak kekerasan orang tua yang terjadi terus menerus akan dianggap sebagai perilaku yang wajar dan bisa diterima.”

Selain itu zat-zat psioaktif seperti kafein, penyedap makanan, amfetamin, kokain dan alkohol juga menyebabkan iritabilitas, peningkatan agresivitas, hiperaktivitas dan insomnia.

Lingkungan rumah juga memberikan banyak model kekerasan pada anak. Melalui ‘model langsung’ yang menampilkan kekerasan, pelakunya akan makin agresif.

Tidak hanya tayangan televise, permainan interaktif video games yang dimainkan melalui televise (PlayStation, Dreamcast, X-Box) maupun ke komputer ternyata menawarkan agresivitas yang lebih kuat, karena pemain meniru karakter yang ada dalam permainannya, sehingga permainan video menjadi ajang latihan agresivitas bagi anak. Semakin intens interaksi anak dengan model kekerasan, akan semakin agresif perilakunya.

Ada tiga hal yang bisa menjelaskan keterkaitan antara menonton dengan munculnya tingkah laku agresif:

Pertama, menonton tayangan kekerasan itu menyenangkan sehingga mendukung kecenderungan agresif pada setiap orang dengan derajat masing-masing.

Kedua, seringnya menonton film-film agresif akan mengebalkan individu sehingga lebih dapat menerima kekerasan sebagai cara berperilaku.

Ketiga, seringnya menonton film-fil agresif akan membentuk pola pikir mengenai kekerasan. Sehingga ada kecenderungan dalam diri individu untuk bertindak agresif dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.

Satu contoh kasus di Colorado, AS, dimana terjadi penembakan yang dilakukan oleh dua remaja hingga menewaskan 11 rekan sekolahnya dan seorang guru. Kasus ini berkaitan dengan kebiasaan mereka bermain game kekerasan seperti Counter Strike.

Manusia zaman sekarang cenderung mempunyai semangat merusak dan menghancurkan daripada kasih sayang dalam memecahkan suatu masalah. Padahal setiap persoalan tidak akan selesai dengan kekerasan fisik maupun mental, tapi akan jauh lebih efektif dan efisien bila diselesaikan dengan kasih sayang dan persahabatan. Meskipun tidak mudah, tapi pasti sangat mungkin bagi kita semua.